Saranjana (Berly News). Lahirnya Sekte McLaren di tengah para remaja yang mulai menggandrungi cryptocurrency mendapat perhatian khusus dari grup Masyarakat Anti Ponzi.
Kaya di usia muda dan punya segudang talenta adalah impian setiap remaja yang sehari-harinya diperhadapkan dengan silaunya gaya hidup para pesohor di berbagai platform media sosial. Dan di bawah bimbingan Squimothy Fancyson, para remaja yang tengah dalam masa pencarian jati diri ini memantapkan langkah mereka untuk menjadi sarjana-sarjana blockchain kelas dunia di masa depan.
Mereka juga tak segan untuk mengeluarkan dana hingga belasan juta Rupiah demi bisa mengikuti kelas akademi Squimothy, yang diyakini jauh lebih bernilai dibanding pendidikan formal di sekolah dan perguruan tinggi.
Namun demikian, berbagai keunggulan akademi Squimothy itu ternyata kurang bisa mengimbangi derasnya serangan terhadap Sekte McLaren. Pasalnya, masyarakat lebih terfokus pada gaya flexing Squimothy yang menyerupai gaya flexing para pemimpin Skema Cepat Kaya dan moneygame Ponzi, sarat dengan kemewahan nan glamour; meskipun apa yang dilakukan Squimothy belum tentu bisa dikategorikan sebagai Skema Ponzi.
Tak hanya sampai di situ, attitude sebagian remaja pengikut Squimothy juga dinilai kurang terpuji karena meremehkan pentingnya pendidikan, terlepas dari berbagai kritikan terhadap dunia pendidikan yang hingga saat ini juga masih menjadi keprihatinan kita bersama.
Sebagian dari mereka bahkan ada yang sampai memutuskan untuk berhenti sekolah agar bisa lebih fokus belajar cryptocurrency.
Namun di balik semua hujatan yang datang bertubi-tubi tersebut kita patut juga mengapresiasi ketahanan mental para remaja Sekte McLaren, yang dengan tekad yang kuat semakin semangat mempelajari berbagai ilmu baru yang mereka dapatkan dari akademi Squimothy Fancyson.